BANDUNG. Sempat dibahas pada tulisan sebelumnya, pasang surut perjuangan Masjid Salman Intritut Teknologi Bandung (ITB) belum juga usai. Berdiri dan dilakukannya sholat jumat pertama pada tahun 1971 merupakan titik awal perjuangan yang sesungguhnya. Karena pada tahun-tahun selanjutnya, Salman masih harus menghadapi lika-liku panjang dari beberapa penggalan peristiwa yang terjadi antara tahun 1972-1980.
Tahun
1973
Pada tahun ke tiga belas sejak terbentuknya Yayasan
Pembina Masjid Salman (YPM Salman), terjadi inovasi dakwah besar-besaran. Setelah
aktif dan mulai berkembangnya kegiatan mingguan berupa kuliah dhuha Salman,
muncul inisiasi untuk membina anak-anak yang bermain atau berkuda di sekitar
Salman. Kondisi tersebut melahirkan ide para aktivis Salman agar bapaknya
mendengarkan ceramah dan anaknya bermain-main di Salman (setingkat TK hingga
SD) diasuh oleh mahasiswa dalam PAS (Pembinaan Anak Salman).
Untuk anak lebih besar (remaja SLTP hingga SLTA)
yang sudah bisa berdialog dibina dalam KARISMA (Keluarga Remaja Masjid Salman).
pada KARISMA programnya lebih bervariasi seperti Pramuka, Drumband dan lain sebagainya. Inisiasi kegiatan Salman ini telah
berjalan bahkan sebelum di ITB ada unit kegiatan mahasiswa.
Tahun
1976
Setelah diinisiasi pada tahun 1973-1974, sekitar
tahun 1975-1976 keinginan otangtua untuk mendapatkan tempat dalam
memperkenalkan islam pada anaknya mulai muncul. Hal ini mendorong orangtua
untuk dengan sengaja mengajak anaknya bermain ke Salman. sehingga pada tahun 1976-1977
Salman telah dipenuh oleh anak-anak. Semakin banyaknya anak-anak yang bermain
di Salman memberikan efek samping yang menggembirakan. Betapa tidak, bukan
hanya anak-anak tapi mahasiswa juga jadi lebih aktif dan berkembang membentuk keluarga
Pembina PAS, Pembina KARISMA, dan lain sebagainya.
Bertambahnya jumlah anak binaan dan kakak Pembina
memunculkan banyak inovasi kegiatan yang baru seperti pelatihan jurnalistik,
club bahasa inggris, club pecinta alam, pusat teknologi tepat guna, dan banyak
program lainnya. Uniknya, program dan club ini bukan hanya untuk anak PAS dan
KARISMA tapi juga mewadahi para kakak pembinanya. Tumbuh suburnya kegiatan di
Salman manjadikan Salman bak oase di tengah padang pasir bagi masyarakat
sekitar. Masa kejayaan ini membuat Salman dilirik oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) dan dinobatkan sebagai lembaga swadaya masyarakat (LSM)
yang mampu membina umat sedemikian besarnya. Kenapa disebut LSM padahal Salman adalah
masjid institut ternama di Indonesia? Jawabnya adalah karena Salman bukanlah
lembaga di bawah ITB, Salman merupakan yayasan yang berdiri secara mandiri.
Sumber dana yang digunakan merupakan dana masyarakat berupa zakat, infaq dan
shodaqoh. Bukan dana dari ITB secara institusional, apalagi dana dari
pemerintah.
Tahun
1978
Suasana politik di Indonesia pada masa itu mulai
menghangat. Orang-orang yang berani mengemukakan secara terbuka tentang
ketidakpuasan orde baru mulai bermunculan, tidak terkecuali di Salman. Geliat
pendidikan tauhid (keesaan Allah) yang dipelopori Dr. Ir. Imaduddin abdurrahim
atau yang akrab disapa bang imad, mulai mendapat perhatian dari pemerintahan
orde baru (Orba) yang dikenal bengis dan otoriter. Penjelasan yang berdasarkan
kerangka pikir logic dan science menggunakan bahasa lugas justru
dianggap keras oleh orba. Seperti keniscayaan, bagaimanapun orang yang punya
tauhid yang kuat pasti akan berani mengatakan benar dan salah pada sesuatu yang
diyakininya. Pemerintah menyebut Salman sebagai kelompok fundamental yang
menghasut. Pemdidikan tauhid melalui Latihan Maujahid Dakwah (LMD) Awalnya
hanya untuk aktivis di Bandung (ITB). Dalam perjalanannya, LMD berkembang tidak
hanya di ITB atau salman tapi berkembang di masjid-masjid. Bukan hanya di Bandung
tapi di seluruh Indonesia. Tak ayal, alumninya mencapai ribuan dan tersebar di seluruh
Indonesia.
Meskipun ajaran yang dijunjung adalah tauhid yang
tidak lain merupakan perwujudan sila pertama pancasila, pemerintahan Soeharto memandang
LMD sebagai suatu yang tidak pas. Hingga, tentara militer mengejar mahasiswa
jebolan LMD masuk ke kampus. Ketakutan mahasiswa terhadap pengejaran ini
mengakibatkan mahasiswa lari ke Salman karena menganggap masjid merupakan
tempat yang pas untuk berlindung. Bukannya menjadi aman, larinya mahasiswa ke
Salman menambah lengkaplah bahwa Salman disebut sumber penyebaran radikal oleh
pemerintahan orba. Disengaja atau tidak, tentara yang melakukan pengejaran
hingga masuk ke Salman seperti tidak dibekali etika yang cukup. Mereka memasuki
masjid yang dianggap tempat suci tanpa membuka sepatu. Tentu ini menimbulkan
reaksi keras para aktivis. Akhirnya, Salman dianggap memberontak orba dan
aktivis memandang pemerintah tidak punya etika terhadap rumah ibadah warganya.
Tidak berhenti pada kisruh pengejaran tersebut. Masa
pemerintahan yang dirasa memeras darah bangsa sendiri tersebut semakin menjadi.
Salman diduduki militer dan kegiatan dakwah dibekukan. Meskipun hanya
berlangsung selama kurang lebih enam bulan, kejadian ini menegaskan betapa pada
masa pemerintahan Soeharto rakyat betul-betul didikte sesuai kehendak elit
politik. Selama masa pendudukkan tersebut, Salman hanya boleh difungsikan
sebagai tempat ibadah ritual. Hanya untuk solat. Tanpa kajian, apalagi pembinaan.
Sehingga secara diam-diam, aktivitas Salman seperti PAS dan KARISMA dilakukan
di daerah Sangkuriang di dekat komplek dosen ITB. Dalam enam bulan saat mengungsi
tersebut, Bang imad sang doktor lulusan Amerika sekaligus pencetus gerakan LMD
yang dianggap sebagai tokoh provokator akhirnya dijadikan tahanan militer.
Narasumber: Dr. Ir. Suparno Satira (Ketua Pembina
YPM Salman)