BANDUNG.
Unit Kebudayaan Aceh Institut Teknologi Bandung (UKA-ITB) mengadakan acara
rutin yang diadakan setiap tiga tahun sekali. Acara bertajuk Gelar Budaya Aceh (GBA)
ini merupakan serangkaian acara mulai tanggal 25 Februari hingga 18 Maret 2018.
Tema kegiatan kali ini adalah Kebangkitan Tsunami Aceh. Haikal selaku Ketua
Panitia GBA mengatakan bahwa tujuan dari pemilihan tema tersebut adalah untuk
mengingatkan kembali masyarakat bahwa Aceh dapat bangkit dan bahkan lebih baik
dari saat sebelum terjadinya tsunami yang memporak-porandakan daerah istimewa tersebut.
“Tahun sebelumnya kita pernah mengangkat tema Cut Nyak Dien, tadinya memang
kita mau mengangkat Laksamana Keumalahayati tapi kami rasa masyarakat saat ini
lebih tertarik dengan tema tsunami”, ujar mahasiswa Geodesi 2015 ini.
Siti
Farah Mutia, mahasiswi Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB angkatan 2017
yang ikut serta dalam kepanitiaan ini mengatakan bahwa saat ini Kota Aceh jauh
lebih berkembang dibandingkan sebelum terkena Tsunami. “Pascatsunami, Aceh
justru menjadi kota destinasi wisata, perekonomiannya meningkat, kulinernya pun
berkembang dan lebih dikenal”, ujar perempuan yang menjadi Seksi Sponsorship
tersebut. Ia juga menjelaskan beberapa instansi pemerintah yang mendukung acara
GBA ini salah satunya adalah Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Aceh, PT. ANTAM,
PT. Pertamina dan PT. Pertamina Gas.
Acara
dibuka dengan penampilan Tari Saman dan Tari Ratoh Duek di Car Free Day (CFD)
Dago pada tanggal 25 Februari lalu. Kemudian acara berlanjut pada tanggal 3
Maret dengan mengusung konsep Night Bus:
Aceh and Tsunami. Acara tersebut terdiri dari pameran foto saat Aceh
dilanda tsunami pada Desember 2004 silam dan juga foto-foto pascabencana.
Selain pameran foto, panitia GBA menyulap sebuah bus menjadi bioskop mini
berkapasitas 10-15 orang. Acara nonton bareng film tentang tsunami di dalam bus
itu diadakan di Jalan Soekarno Asia Afrika Bandung.
Panglima,
salah satu pengunjung yang mengikuti acara Night
Bus: Aceh and Tsunami menuturkan kepuasannya dalam acara tersebut. “Menurut
gue acaranya kreatif dari segi tempatnya”, ujar pria kelahiran Pacitan, Aceh
tersebut. Ia pun mengatakan pesan yang ditangkap sangat kuat. “Kita jadi harus
lebih menghargai setiap waktu yang kita punya. Kita gak pernah tau apa yang
akan terjadi, semua terjadi begitu cepat. Tapi yang terpenting adalah bagaimana
kita menghadapinya”, ujar pria yang menetap di Bandung dan membuka usaha di
Kota Kembang ini. “Gue suka banget film tentang perkebunan kopi di Gayo, Aceh.
Menceritakan keadaan tentang perkebunan kopi yang kaya dan berkualitas. Film
tentang Tsunaminya juga gue suka”, tutur penikmat budaya ini mengakhiri
wawancara.
Night
Bus: Aceh dan Tsunami adalah salah satu dari serangkaian acara yang diadakan
oleh panitia GBA. Tanggal 16 Maret 2018 nanti akan dilaksanakan Pameran
Kuliner, Kerajinan dan Foto Tsunami Aceh di Lapangan CC Timur, ITB Ganeca.
Pengunjung dapat mencicipi kuliner khas Aceh seperti Mie Aceh, Nasi Gurih
Bebek, Cane Kari, Ikan Asam Keueung, Ayam Tangkap, Kopi Gayo, Teh Tarek, Es
Timun, dll. Peserta yang berkunjung dapat masuk tanpa dikenai biaya. Setelah
itu, pada tanggal 18 Maret 2018 akan diadakan acara puncak berupa Malam Budaya
Gelar Budaya Aceh. Acara tersebut akan dilangsungkan di Auditorium Sabuga ITB.
Malam Budaya akan menampilkan tarian-tarian dari aceh, pembacaan puisi dan
penampilan drama Tsunami Aceh 2004. Acara yang telah dipersiapkan sejak
Desember 2016 ini melibatkan kurang lebih 70 orang yang berada dalam kepanitiaan.