Ringkasan
Skripsi adalah salah satu
bentuk tulisan ilmiah. Tahapan ini mau atau tidak harus anda lalui untuk
mengakhiri karir anda sebagai mahasiswa. Di sisi yang lain, masalah utama
mahasiswa adalah kesulitan untuk menulis.
Menulis dalam arti luas
sebenarnya adalah bercakap secara sistematis. Inilah bedanya dengan percakapan
bebas yang biasa anda lakukan. Sekali anda salah, maka ucapan akan terlanjur
keluar dari mulut anda. Tapi dengan menulis, percakapan akan mengalir tapi juga
memiliki waktu untuk direnungkan, sebelum pada akhirnya dirilis ke
pembaca.
Tulisan pendek ini akan mencoba
mengubah pikiran anda dari sulit menulis menjadi tidak dapat berhenti menulis.
Semoga.
Masyarakat bicara
Kalau anda bisa bicara, maka
anda bisa menulis.
Semudah itu? Ya, kalau
manusia gua bisa membuat lukisan tangan di Gua Pettakere Sulawesi Selatan,
sebagai cara untuk berbicara 35-40 ribu tahun yang lalu, maka anda di era
literasi mutakhir mestinya juga bisa.
Tapi sejalan dengan perkembangan
zaman, apakah kita telah berkembang sebagai “masyarakat lisan”, bukan
“masyarakat tulisan”? Bisa jadi. Tapi kalau anda memang lebih senang berbicara
dibanding menulis dan percaya bahwa semua dapat diselesaikan dengan
berbicara, maka skripsi akan menjadi karya tulis anda yang terakhir
selama hidup. Jadi buatlah yang terbaik.
Percaya atau tidak, tantangan
ini pernah saya lakukan kepada salah satu mahasiswa saya. Saat ini ia bekerja
di sebuah perusahaan yang sangat jauh dari dunia geologi. Tapi anda masih bisa
membaca skripsinya di repositori Thesis
Commons (lengkap dengan data dan peta-petanya) (Wiavianto, Mubandi,
and Irawan 2017). Alasannya sederhana. Ia ingin agar karya ilmiah terakhirnya
di bidang geologi banyak yang membaca. Dan menurut saya, skripsinya tidak
mencerminkan hasil kerja seseorang yang tidak ingin bekerja di bidang geologi.
Bagaimana menurut
anda?
Dalam tulisan pendek ini, saya akan mencoba mempengaruhi anda. Ya mempengaruhi anda untuk menulis dan menjadikan menulis sebagai kegiatan yang sangat menyenangkan. Tema sentral yang akan saya sampaikan adalah menulis skripsi atau tugas akhir secara umum.
Menulis adalah berbicara
dengan sistematis
Prinsip awal
“sedikit-sedikit ditulis”. Lama-lama prinsip anda akan berubah menjadi “menulis
kok sedikit-sedikit”.
Bila anda terbiasa menulis,
maka anda akan terbiasa pula berbicara secara runut. Bukan sebaliknya. Walaupun
memang ada orang yang terlahir sebagai seorang orator.
Menurut sebuah artikel Speaking
vs Writing Univ of Westminster, bercakap dan menulis tidaklah jauh berbeda.
Keduanya adalah bentuk komunikasi manusia yang paling dasar. Bila bercakap memerlukan
intonasi dan pemenggalan, sedangkan dalam menulis diperlukan tanda baca. Tapi
ada hal yang hanya dapat dilakukan oleh komunikasi lisan, yakni perulangan.
Artikel akan sangat membosankan bila berisi banyak perulangan.
Percakapan biasanya bersifat dua arah, tetapi menulispun dapat dilakukan dengan
cara yang sama. Percakapan tertulis secara dua arah adalah satu hal yang akan
biasa dilakukan oleh para akademia (dosen, peneliti, mahasiswa). Salah satu
contohnya adalah dalam proses peer-review,
misal saat anda mengirimkan makalah atau tesis kepada pembimbing untuk
mendapatkan umpan balik (feedback).
Apakah sudah jelas? Bahwa
menulis sama dengan berbicara, dan skripsi anda adalah salah satunya.
Mulailah
dari yang sederhana
It’s not always about
rocket science.
Saat anda berlatih menulis,
mulailah dari hal yang sederhana, misalnya: pernahkah anda mencoba menjelaskan
proses terjadinya hujan secara sederhana agar mudah dipahami oleh anak usia SD.
Anda dapat membaca contohnya di laman Anak
bertanya, pakar menjawab.
Belajar menjelaskan hal yang
kompleks secara sederhana adalah latihan yang paling sering dilupakan. Anda
selama ini dicekoki dengan pandangan bahwa riset yang anda lakukan saat kuliah,
hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang selevel pendidikannya atau lebih
tinggi. Bahkan anda malas mencoba menjelaskan apa yang anda lakukan selama
empat tahun kepada orangtua anda.
Tulisan atau riset anda tidak
harus terkesan canggih luar dalam (rocket science). Banyak tulisan yang lahir
dari pemikiran yang sederhana. Bahkan Newton mengawali Teori Gravitasinya
karena sebutir apel yang jatuh di hadapannya (Pixabay,
CC0).
Di luar negeri, hal ini disebut
membuat non-specialist description.
Bila makalah anda diterima oleh suatu jurnal, maka anda akan diwajibkan untuk
membuat press release yang bersifat non-specialist. Dengan kata lain,
dokumen yang anda hasilkan harus dapat dipahami oleh masyarakat umum.
Skripsi anda, pada bidang
apapun, dapat dimulai dengan hal-hal yang sederhana.
Mulailah
dengan alat di sekitar kita
It’s the idea, not the
tools.
Anda mungkin berpikir,
menulis akan memerlukan laptop canggih keluaran Apple.
Sama sekali tidak.
Anda mungkin tidak percaya,
disertasi saya selesai dengan sebuah laptop Pentium II (tertinggal 3 generasi
saat itu) dengan engsel layar yang rusak. Saat bekerja, saya harus mengaitkan
layar dengan seutas benang ke keyboard, hanya agar layar tidak rebah. Laptop
itu pada akhirnya saya ganti menjelang sidang dengan sebuah Netbook dengan
prosesor Atom. Bukan merupakan lompatan teknologi sebenarnya. Tetapi netbook
itu telah menemani saya ke Jepang dan digunakan untuk menganalisis citra
satelit. Toh ia berjalan baik-baik saja.
Anda akan menjadi lebih hebat
bila mampu menghasilkan karya yang monumental dengan alat yang sederhana.
Mulailah dengan kertas dan pena bila perlu (Pixabay,
CC0).
Yang anda butuhkan adalah
benar-benar selembar kertas dan pena. Atau bila anda memang memerlukan
komputer, maka gunakan yang anda punya. Menulis bukanlah masalah perangkat,
tapi masalah ide.
Anda juga dapat memanfaatkan
ponsel anda untuk merekam suara anda saat menggali ide. Bicaralah dengan bebas
untuk melakukan brainstorming ide
menulis.
Beberapa profesor terkenal di
luar negeri, bahkan merilis rekaman suara ini sebagai podcast. Ini hanya sebagai contoh bahwa orang telah melangkah
lebih jauh dengan bereksperimen dengan berbagai media untuk berkarya.
Blog adalah salah satu media
yang dapat anda pertimbangkan. Saat ini tersedia banyak platform blog yang
bagus-bagus, seperti Medium atau Wordpress. Segera buat akun gratis dan mulailah
menulis.
Pernahkah anda berpikir untuk
memulai menulis skripsi dengan cara blogging? Cobalah. Bisa saja banyak yang
membaca.
Mulailah
dengan waktu yang ada
Manage your “dead” time.
Jadikan menulis menjadi
aktivitas spontan. Seperti halnya berbicara, menulis dalam arti luas, mestinya
juga dapat menjadi sebuah aktivitas yang mendekati reflek.
Waktu sempit yang saya maksud
adalah waktu-waktu “mati” (dead time)
yang bila diakumulasikan dalam setahun, misalnya saat anda menunggu dosen masuk
kelas, menunggu angkot, atau menunggu bis travel datang. Waktu “mati” lima
menit saja sehari, bila dikalikan 360 hari dalam setahun akan menghasilkan 1800
menit atau 30 jam. Luar biasa bukan.
Untuk itu, saya selalu bawa
pena dan kertas. Kalau pikiran saya sedang tidak dalam mood menulis, maka saya akan menggambar.
Ada cara lain untuk menulis, yakni dengan menggambar. Namanya sketchnoting. Anda tidak perlu
pandai menggambar. Kalau anda bisa membuat “bulkonah” (bulet, kotak, panah),
maka anda bisa membuat sebuah sketchnote.
Skripsi adalah sebuah proses,
sebuah obyek telaah harian. Bukan sesuatu yang hanya akan anda pikirkan satu
bulan sebelum sidang.
Mulailah dengan kalimat
pendek yang acak
Never under estimate random
creativity
Pikiran kita pada dasarnya
adalah acak. Jadi jangan berharap tulisan akan sekali jadi. Daripada berharap
sesuatu yang mustahil, akan lebih baik bila anda mendorong kerandoman pikiran
anda untuk menghasilkan artikel yang tidak biasa.
Anda dapat memulai makalah
dengan kata kunci. Carilah 5 sampai 10 kata kunci yang relevan dengan topik
yang akan anda tulis. Awali secara acak, kemudian pelan-pelan runutkan. Dengan
sedikit kreativitas, hasil pencarian dapat anda tampilkan sebagai bibliometric
seperti dalam makalah yang pernah saya tulis tentang riset air di
Jakarta (Irawan et al. 2016).
Setelah itu, bangun kalimat
dari kata-kata tersebut. Lakukan hal itu terus-menerus secara rutin.
Lama-kelamaan tanpa disadari, anda akan mulai mengatur paragraf.
Oya. Buat para “orang visual”, anda dapat memulai tulisan dengan mengumpulkan
gambar-gambar dan tabel data terlebih dahulu. Ceritakan masing-masing gambar
dan tabel itu dalam dua atau tiga paragraf. Cara ini juga sering saya pakai
agar tulisan tetap terjaga lingkup ceritanya. Tidak melebar ke mana-mana.
Pembimbing anda mungkin akan
berkata sebaliknya, tapi percayalah, skripsi anda adalah hasil akhir dari
sekumpulan obyek kreativitas yang acak.
Tambahkan
emosi ke dalam tulisan
Show your emotion
Anda boleh menambahkan
interaksi dalam bentuk emosi (kegembiraan, kesedihan, semangat, dll) dalam
tulisan anda. Tentunya anda harus menggunakan ekspresi kata-kata dan kalimat,
bukan emoji.
Tulisan anda akan kering bila
tanpa emosi. Bila isinya hanya hal-hal teknis dan substansial, anda akan
kehilangan pembaca dengan cepat. Warnai artikel anda dengan sentuhan emosi yang
tidak berlebihan. Misal, anda dapat menyisipkan kesedihan anda tentang
bagaimana seseorang harus berjalan 5 km sekali jalan hanya untuk mendapatkan
air mandi. Tentunya emosi yang sampaikan harus relevan dan tidak berlebihan.
Asep, seorang ayah dari dua
anak, harus mengorbankan tabungan sekolah anaknya untuk membayar biaya
instalasi sumber air PDAM. Ya, sumur air yang telah melayani tiga generasi
keluarganya dengan berat hati akan ia tutup. “Airnya bau”, katanya. Padahal
sejak ia lahir dan ayahnya lahir, Asep mandi dan minum dari sumur itu.
Sebuah paragraf fiktif di
atas dapat disampaikan sebagai ilustrasi dalam sebuah tulisan ilmiah untuk menggambarkan
skala masalah yang coba anda pecahkan, yakni bagaimana memperbaiki kualitas
sumber air dengan cara yang mudah dan murah.
Cobalah.
Penutup
Sebuah tulisan pada
hakikatnya adalah petualangan. Ajaklah pembaca turut serta dalam petualangan
anda. Ajak mereka untuk bergembira atau sedih bersama dengan tulisan anda.
Didiklah pembaca dengan hasil riset anda. Undang mereka untuk merasakan
kegembiraan dan kesedihan anda. Jangan lupa untuk meminta umpan balik dari
pembaca, karena tulisan bersifat dinamis. Yang menurut anda benar sekarang,
bisa jadi salah pada menit berikutnya.
Nikmati petualangan anda.
Mulailah menulis dan jangan berhenti.
Oleh Dr. Dasapta Erwin Irawan, ST,
MT
Kelompok Keahlian Geologi Terapan, Fakultas Ilmu dan
Teknologi Kebumian ITB
Sekretaris Badan Pengelola Satuan Usaha Komersial (BPSUK)
ITB