IPB dan UI membuka usaha biro
perjalanan dan toko cinderamata. Mahasiswa kampus transparan dalam pengelolaan
bisnis tersebut.
BOGOR—Sejumlah
kampus negeri mulai merambah dunia usaha. Institut Pertanian Bogor, misalnya. Kampus
tersebut meluncurkan biro perjalanan IPB Biz Travel & Tours di Kampus IPB
Dramaga pada minggu kedua April lalu. “Bisnis ini merupakan upaya meningkatkan
kemampuan dan mengembangkan bisnis yang adaptif,” kata Rektor IPB Arif Satria
seperti dilansir situs ipb.ac.id.
Menurut
Arif, biro perjalanan merupakan langkah awal kampus IPB merambah dunia usaha.
Ke depan, kata dia, akan ada bisnis-bisnis lain sesuai dengan potensi
masing-masing fakultas. “Ada banyak langkah-langkah lain yang bisa dikembangkan
terkait bisnis,” kata mantan Dekan Fakultas Ekologi Manusia tersebut.
Direktur Bisnis
dan Manajemen Aset Komersial IPB Jaenal Effendi menambahkan, latar belakang IPB
Biz Travel & Tours dibikin untuk mendukung mobilitas dosen dan mahasiswa
yang kerap bepergian baik dalam maupun keluar negeri. “Kami hadir untuk
membantu memudahkan mobilitas,” kata Jaenal.
Ada
tiga cabang IPB Biz Travel & Tours. Di Kafe Taman Koleksi Kampus
Baranangsiang, Gedung Rektorat Andi Hakim Nasoetion, serta Gedung Stevia Kampus
Dramaga. Tak hanya melayani pembelian tiket perjalanan, IPB Biz Travel &
Tours membuka jasa pembuatan paspor dan visa ke 30 negara lebih.
Bukan hanya biro perjalanan, Jaenal mengatakan
IPB berencana meluncurkan lini bisnis baru yakni Logistic Center dalam waktu
dekat. Inti usaha tersebut menjadi pemasok makanan dengan kualitas terjamin
untuk rapat-rapat yang digelar di IPB. “Sebenarnya sudah berjalan, tapi
sekarang sedang disempurnakan,” kata dia.
Menurut Jaenal, IPB mulai merambah
bisnis lantaran statusnya yang sudah menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan
Hukum (PTN-BH). Dengan status itu, kata dia, IPB diberi wewenang mengelola
semua aset hingga bisa mandiri. “Makanya kami terus menggali potensi aset yang
ada di IPB,” kata dia.
Namun,
kata dia, status PTN-BH memiliki kekurangan dan kelebihan. Kelebihannya, ujar
dia, karena IPB diberikan amanah mengelola aset berarti sudah dianggap mandiri
sehingga bisa menjadi rujukan kampus lain. Tapi negatifnya, kata dia, kadangkala
dianggap tidak butuh lagi peran pemerintah. “Padahal kami bersinergi,” ujarnya.
Dua
bulan sebelumnya, Universitas Indonesia juga terjun ke dunia usaha dengan membuka toko cinderamata di kawasan
perpustakaan kampus. Toko yang dikelola oleh
Direktorat Pengelolaan dan Pengembangan Unit-unit Usaha ini menjual aneka produk seperti t-shirt, jaket,
gelas, dan lain-lain. Selain itu, toko juga menjual hasil riset mahasiswa dan
dosen yang dianggap memiliki nilai jual.
Kepala
Humas dan Komunikasi Informasi Publik UI Rifelly Dewi Astuti mengatakan latar
belakang membuka toko cinderamata yakni memasok kebutuhan bagi para mahasiswa
serta dosen di lingkungan kampus serta branding
universitas. “Selain itu untuk menambah pendapatan melalui kerja sama
lisensi,” kata dia kepada Retorika Kampus.
Pengamat
pendidikan Doni Kusuma menilai kampus perlu mendorong lagi membuka usaha-usaha
yang bisa mengerek pendapatan. Tapi, kata dia, sebaiknya usaha yang dibuat
relevan dengan kajian program studi di kampus sehingga bisa menjadi sarana bagi
pengembangan kewirausahaan mahasiswa. “Yang pasti harus halal dan legal,” kata
dia.
Menurut
dia, bisnis hotel di kampus bakal sangat menguntungkan. Soalnya, banyak acara
di kampus yang mengundang orang dari luar. Universitas Gadjah Mada sudah
merambah bisnis hotel. “Jadi bisnis
hotel di UGM bisa relevan. Apalagi
mereka memiliki program studi yang terkait dengan bisnis tersebut.”
Ia
mengatakan lantaran di Indonesia kerja sama riset dengan industri belum tumbuh,
maka usaha apapun sebagai unit bisnis kampus tidak masalah. Soalnya, tujuannya
agar kampus mandiri sehingga biaya makin murah. “Kalau sudah ada unit bisnis
dan berkembang tapi biaya kuliah mahal, tentu ini bukan tujuannya.”
Lalu
bagaimana dengan tanggapan mahasiswa? Ketau BEM Fakultas Ekologi Manusia Fendy
Surya Dana kurang sepakat dengan kebijakan IPB yang merambah dunia usaha. Pencarian
dana, kata dia, bisa dengan menjual inovasi-inovasi yang sudah diciptakan IPB.
Adapun
Ramdani, salah satu anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia
memahami kebijakan kampus mendirikan unit-unit usaha. Namun, ia mewanti-wanti
kepada manajemen agar mengatur unit-unit bisnis dengan mempertimbangkan
manfaatnya bagi kampus. “Jangan sampai menghilangkan marwah kampus sebagai kampus
rakyat dan mengindahkan hak pendidikan,” kata dia.
Menteri
Kebijakan Agrikompleks Badan Eksekutif Keluarga Mahasiswa IPB Bambang Tri Daxoco
tak mempersoalkan kampus yang merambah dunia usaha lantaran tuntutan dari
pemerintah yang harus mandiri. “Poin pentingnya adalah harus ada transparansi termasuk
keuangan dari bisnis ini. Uang itu hal sensitif,” kata Bambang. Ihwal
kemungkinan kampus menjadi lembaga komersial, Bambang menilai IPB belum sampai
ke sana. “Tapi tetap harus dikawal.”
Sedangkan
Vyan Tashwirul Afkar, perwakilan mahasiswa di Majelis Wali Amanah Universitas
Indonesia menilai kampus merambah usaha dengan membuat toko cinderamata tak
perlu dipermasalahkan. “Istilahnya optimalisasi ventura. Untuk meningkatkan
pendapatan dari unit-unit usaha yang dimiliki UI,” kata dia.
Vivi Priliyanti | Deden Nurodin |
Nur Novilina